Large City On The Edge Of The Dock

Aktifitas pelabuhan yang ramai ditepi kota besar.

Elevated Road In The Mountains

Keindahan jalan layang di pegunungan yang ekstrim.

Picnic During The Holidays

Liburan musim panas sangat cocok untuk piknik bersama keluarga.

Beautiful Butterfly

Taman akan lebih indah jika dihiasi berbagai macam kupu-kupu.

Refreshing To Relax

Refreshing dengan bersantai di tepi dermaga yang sejuk.

Rabu, 12 Februari 2014

10 Mutiara Hikmah Kisah Luqmanul Hakim




Hikmah ini diambil dari intisari  QS. Al Luqman Ayat 13-19.


Ø  Wahai anakku, juallah duniamu dengan kehidupan akheratmu, niscaya engkau akan memperoleh keduanya dengan beruntung.

Ø  Wahai anakku, menjadi orang bisu, tetapi berakal itu lebih baik daripada engkau menjadi orang yang banyak berbicara, tetapi bodoh. Tiap-tiap sesuatu itu ada petunjuknya. Akal petunjuknya ialah berpikir, dan petunjuk berpikir itu adalah diam. Barang siapa berkata-kata dalam hal yang tidak baik maka ia benar-benar sia-sia, barang siapa berpikir tanpa mengambil pelajaran maka ia benar-benar lalai, dan barang siapa diam tanpa berpikir maka ia benar-benar merugi.

Ø  Wahai anakku, dunia ini ibarat sebuah lautan yang dalam, telah banyak orang yang hanyut kedalamnya, maka jadikanlah iman sebagai kapalmu di dunia ini, taqwa sebagai isinya, dan tawakkal sebagai layarnya. Mudah-mudahan dengan ini engkau bisa selamat.

Ø  Wahai anakku, janganlah engkau mengakhir-akhirkan taubat, sebab mati itu datangnya mendadak. Wahai anakku, tahanlah dirimu dalam menghadapi orang kecil karena kekecilannya, orang besar karena martabatnya, orang bodoh karena kekurangannya dan orang ahli ilmu karena keutamaannya. Wahai anakku, janganlah engkau tertawa tanpa ada yang aneh dan janganlah engkau berjalan tanpa tujuan. Janganlah bertanya tentang sesuatu yang tidak berguna untukmu, janganlah menyia-yiakan hartamu dan berbaiklah terhadap harta orang lain. Sebab hartamu itu adalah harta yang engkau kurbankan, sedang harta orang lain itu ialah harta yang engkau tinggalkan.

Ø  Wahai anakku, barangsiapa tidak mempunyai belas kasih maka ia tidak dikasihani. Barangsiapa diam maka ia selamat. Barangsiapa yang berkata baik maka ia beruntung. Barang siapa yang berkata jelek maka ia menyesal. Barang siapa yang tidak menguasai mulutnya maka ia tersandung.

Ø  Wahai anakku, sesungguhnya sejak engkau dilahirkan di dunia berarti engkau telah membelakanginya dan engkau telah menghadapi akherat. Sebab tempat yang engkau tuju dalam perjalananmu itu lebih dekat daripada tempat yang engkau tinggalkan.

Ø  Wahai anakku, berharaplah kepada Allah dengan harapan yang membuat kamu tidak berani berbuat maksiat, dan takutlah kepada Allah dengan takut yang membuat tidak berputus asa terhadap rahmatnya.

Ø  Wahai anakku, janganlah engkau belajar apa yang engkau belum ketahui, sebelum engkau mengamalkan apa yang engkau ketahui.

Ø  Wahai anakku, janganlah engkau bermanis-manis, niscaya engkau ditelan orang dan janganlah engkau berpahit-pahit, niscaya engkau dicampakkan orang.

Ø  Wahai anakku, hati-hatilah terhadap orang yang mulia, kalau engkau menghinakannya ; terhadap orang yang berakal, kalau engkau membuat ia marah ; terhadap orang yang tolol, kalau engkau bergurau ; terhadap orang yang bodoh, kalau engkau berteman dengannya ; dan terhadap orang yang jahat, kalau engkau memusuhinya.              


5 Golongan Apabila Diabaikan akan Mengalami Kerugian


         Subhanallah,  ternyata  Islam  diciptakan  dalam  poros keseimbangan yang luar biasa.Banyak  bukti  dan  contoh yang  dapat  menjadi  saksi. Salah  satunya hadits  di bawah ini."Barang  siapa  mengabaikan  lima  golongan,  maka  ia  akan  mengalami  lima  kerugian."(HR. Muslim)  Mau  tahu  limagolongan  itu?
 
  • Ulama
 
         Barang  siapa yang  meninggalkan  ulama, maka  manusia  akan  mengalami  kerugian dalam sisiagama. Secara  sederhana bisa dengan mudah kita pahami. Saat ramadhan datangmisalnya, tanpa  peran  ulama yang  menjelaskan  berbagai  fadhilah dan  keutamaan  bulan Ramadhan,  niscaya  tidak  banyak  pahala  yang  kita dapatkan. Saat kita akan menunaikan ibadah  ke tanah suci. Tanpa  peran  ulama, kebingungan dan  berbagai tuntutan pasti tidak akan kita pegang. Atau hal kecil saja,tanpa  peran  ulama,  kita  tidak  pernah  tahu  bahwamemberi senyum pada saudara adalah pahala.
 
  • Pemerintah
 
         Golongan  kedua  yang  disebut  dalam  hadits  di  atas  adalah  umara  yang  berarti pemerintah.  Boleh  percaya  boleh  tidak , mengabaikan pemerintah sama  artinya dengankerugian  pada  sisi  dunia. Tidak  perlu  susah-susah  mencari  contohnya. Ketika kita tidakmempunyai KTP saja  dan  tiba-tiba  ada razia tentu akan kelabakan dan kesulitan-kesulitan lain  akan  muncul. Saat anda tidak mematuhi peraturan lalu lintas misalnya, kekacauan akansegera menyergap kita. Pendeknya, saat  kita  memandang  sebelah  mata pada pemerintahkita akan kehilangan nikmatnya dunia. Tapi bukan berarti oportunis.
 
  • Tetangga
 
         Tetangga  menjadi  urutan  ketiga  dalam  hadits  tersebut. Barangsiapa mengabaikantetangga  ia  akan mengalami  kerugian nikmat dari manfaatnya, demikian sabda Rasulullah.Mau  bukti?  Boleh. Sebut  saja, suatu  hari  Anda  terserang  penyakit  yang lumayan parah.Sangat  kecil  kemungkinan  keluarga  Anda  yang  datang  dan menengok untuk memberikanpertolongan pertama kali.Tetangga lah yang menjadi ujung dalam hal ini, tentu saja dengansyarat. Apabila kita baik dengan sesama.
 
  • Sahabat
 
        Urutan keempat yang disebutkan Rasulullah adalah sahabat. Barang siapa mengabaikansahabat, ia  tidak  akan  merasakan  nikmatnya  rasa  cinta. Tentu  saja cinta yang dimaksuddalam hadits  ini  adalah  cinta  persahabatan.  Percayalah  tanpa  sahabat, hidup kita akanterasa hambar.  Tidak  ada  orang yang mau mendengar curhat kita, tak ada orang yang bisadiajak  berbagai  tentang  soal-soal yang tidak ingin  Anda  bagi  dengan  istri atau keluarga.Percayalah, sahabat ibarat sebuah telaga yang menyejukkan kita ditengah dahaga.
 
  • Keluarga
 
         Barang siapa mengabaikan keluarga, ia tidak akan merasakan betapa manis hidup ini. Hadits di atas bukan isapan jempol atau asal bicara saja. Coba Anda merenung jadi apa kitatanpa  keluarga.  Keluarga  sama  dengan  rumah  tangga, tempat kita berawal dan memulaisetiap langkah.  Tempat  kita menumpu harap, menyusun rencana. Tempat kita menetapkanjarak  yang  harus  ditempuh  dan  merasakan  nikmatnya hari. Kalau mau jujur, orang-orangyang  mengkhianati  istri  atau suaminya  dia akan  merasa terhantui perasaan bersalah ataucuriga. Ia  takutsuatu  hari perbuatan  serongnya terbongkar, ia takut pasangan selingkuhnyaternyata  berselingkuh  lagi. Ya seperti  multi  level  marketing,  satu dosa akan memancingdosa lainnya. Tapi  jika  Anda  tak merasa risau dengan dosa, hati-hati, jangan-jangan sudahtertutup pintu hati!




Kalamullah Menurut Perspektif Aliran Kalam


BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Ilmu kalam sebagai ilmu yang membahas permasalahan ketuhanan dengan berpegang kepada dalil-dalil naqli serta menggunakan akal/rasio sebagai media penafsirannya. Wahyu sebagai kabar dari alam metafisika turun kepada manusia dengan keterangan-keterangan tentang Tuhan dan akal sebagai media yang ada pada diri manusia berusaha keras untuk dapat mencapai Tuhan.
Terdapat beberapa aliran di dalam ilmu kalam yang mana pola pemikiran antar aliran ini cenderung kontradiktif. Masalah utama yang timbul dari perbedaan aliran-alian teologi tersebut adalah persoalan siapa yang beriman dan siapa yang tidak.
Dalam makalah ini akan diuraikan perbandingan pemikiran antar beberapa aliran ilmu kalam tentang permasalahan; Kalamullah Menurut Perspektif Aliran Kalam.
Dari perbandingan antar aliran ini, kita dapat mengetahui, menela’ah dan membandingkan antar paham aliran satu dengan aliran yang lain. sehingga kita memahami maksud dari segala polemik yang ada.

B.     RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Kalamullah?
2. Bagaimanakah Kalamullah menurut perspektif aliran kalam ?

C.     TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Kalamullah
2. Mengetahui definisi secara etimologi dan terminologi tentang Kalamullah
3. Memahami Kalamullah menurut perspektif aliran kalam




BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Kalamullah
Kalam Allah adalah sifat yang diperlukan dan kekal dengan kesempurnaan, dan  berkaitan dengan segala sesuau yang Dia ketahui, dan dengannya Dia mengatakan perintah, janji dan ancaman-Nya.
Kalam yang terdiri dari  suara dan huruf adalah kalam ciptaan, karena alasan ini seseorang tidak boleh mengatakan bahwa sifat kalam Allah yang kekal adalah huruf dan suara, karena Allah berkata:

Artinya: " tidak ada sesuatu yang menyerupai Dia." (Al-Sħuu’araa : 11)

Dengan demikian, ketika Ahlus-Sunnah Ash’ariyyah dan Maturidiyah mengatakan bahwa "Al-Qur'an tidak diciptakan" maksud mereka adalah mengacu pada sifat kalam Allah yang kekal  yang  bukan suara ataupun huruf. Dengan kata lain, kalimat dalam kitab Al-Qur'an itu mengacu pada pada apa yang terkandung dari apa yang Allah katakan dgn sifat kalamNya.
Menurut Imam as-Sanusi Kalam Allah Ta’ala yang bersubstansi zat-Nya ialah; suatu sifat external yang tidak berbentuk huruf, tidak berbentuk suara, tidak pernah mengalami tiada, tidak yang semakna dengan tiada seperti diam, tidak terbagi-bagi, tidak terdahulu dan tidak terkemudian.
Ada berbagai pendapat yang menjelaskan pengertian  kalam Ilahi, dibawah ini ada  beberapa pendapat penting:
1. Sebagian menganggap kalam Ilahi sebagai bentuk suara dan huruf yang mandiri dari dzat Tuhan dan sifatnya adalah eternal. Kelompok ini menganggap bahwa jilid dan mushhaf al-Qur'an sebagai salah satu individu eksternal dari kalam Tuhan yang eternal dan azali.
2. Pendapat lain mengatakan bahwa kalam Ilahi adalah suara-suara dan huruf-huruf yang independen dari dzat Tuhan akan tetapi bersifat temporal.
3. Pendapat ketiga mengatakan bahwa kalam Ilahi adalah suara-suara dan huruf-huruf yang temporal dan tidak independen dari dzat Tuhan melainkan sebagai perbuatan dan makhluk-Nya. Gagasan ini dinisbahkan kepada Mu'tazilah, dan maksud dari "Tuhan berkalam" adalah terciptanya huruf-huruf dan suara-suara di alam eksternal.
4. Sebagian dari kelompok Asy'ariyah mengatakan bahwa kalam Ilahi independen dari dzat-Nya dan berbeda dengan ilmu dan iradah, dari sinilah sehingga kalam Ilahi terkadang dinamakan dengan kalam nafsi (kalam inner). Menurut mereka, kalam nafsi memiliki satu makna yaitu kalam yang lepas dari berbagai bentuk ungkapan seperti perintah, larangan, berita, panggilan dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud  dengan huruf-huruf dan suara yang menunjuk pada kalam adalah sebagai hakikat eternal dan azali serta merupakan salah satu dari sifat dzat Tuhan.
Mernurut Syaikh Muhammad Tahir Al-Kurdy seorang ulama’ Hijaz, Kalamullah dibagi menjadi 2, Kalam Lafdzi dan Kalam Nafsi.

A.      Kalam Lafdzi/Kalam Hissi
Para ulama' telah membuat definisi kalam lafzdi atau kalam hissi :
1.      kalam lafzi ialah kalam yang diciptakan oleh Allah yang diletakkan di lahul mahfuz.
2.      kalam lafzi ialah kalam yang berhuruf, bersuara. Namun makna kalam lafzi ini adalah sebagian daripada makna kalam nafsi yang qadim yang ada pada dzat Allah.
B.     Kalam Nafsi
Kalam nafsi ialah dari sifat kalam Allah yang qadim .
Perbedaan antara keduanya yang mudah untuk kita fahami ialah kalam nafsi itu sifat kalam yang dengannyalah allah s.w.t mampu untuk berbicara .adapun kalam lafdzi merupakan makna daripada tugas sifat kalam Allah SWT.

B.   Kalamullah Menurut Perspektif Aliran Kalam

Diskusi tentang Kalam Allah muncul tatkala terlontar pemikiran tentang kemakhlukkan Kalam Allah. Pemikiran tentang kemakhlukkan Kalam Allah ini untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Ja’d ibn Dirham, semasa Khlaifah Umayyah Hisham (724-743 M) . Hisyam kemudian memerintahkan untuk mengeksekusi Ja’d ibn Dirham.
Namun demikian, pembicaraan tentang kemakhlukan Kalam Allah ini baru populer dan menjadi diskusi Ilmu Kalam secara lebih serius pada masa Khalifah Al-Ma’mun, setelah cukup lama Mu’tazilah lahir, baru dilontarkan kembali pemikiran tentang kemakhlukkan Kalam Allah (khususnya Al-Qur’an) ini oleh Ibn Abi Duwad masa Khalifah Al-Ma’mun (sekitar 827 M), yang menjadikan paham Mu’tazilah sebagai mazhab resmi yang dianut Negara.
            Dari permasalah tersebut timbul berbagai pendapat dari berbagai aliran kalam tentang makhluk atau tidaknya Kalamullah.

1.     Mu’tazilah
Kaum Mu’tazilah pada abad ke II dan ke III Hijriyah telah mengguncangkan umat Islam dengan keterangannya yang mengatakan bahwa Kalamullah (Al Qur’an) itu makhluk bukan sifat Allah yang qadim.
Kepercayaan Alran mu’tazilah ini merupakan kelanjutan dari pandangan bahwa Tuha tidak memiliki sifat (sebagai sesuatu yang terpisah atau substansi tersendiri disamping dhat  Tuhan) sehingga aliran ini berpendapat bahwa Kalam Allah sebagai Makhluk.
Pada umumnya kaum mu’tazilah memahami hakikat “kalam” atau perkataan, sebagai: “huruf yang tersusun dan suara yang terputus-putus yang diucapkan dengan lisan” . Sehingga mereka mengatakan perkataan bukanlah sifat akan tetapi perbuatan Tuhan oleh karena itu mesti di ciptakan dan tidak kekal.
Dengan demikian Al-Qur’an tidak bersifat kekal tetapi bersifat baharu dan diciptakan Tuhan. Alasan mereka adalah Al-Qur’an tersusun dari bagian-bagian berupa ayat dan surat , ayat yang satu mendahului ayat yang lain dan surat yang satu mendahului surat yang lain. Karena didahului sesuatu maka tidak bisa dikatakan qadim karena qadim adalah sesuatau yang tidak bermula dan tidak di dahului oleh apapun. Dalil Al-Qur’an yang menjadi dasar adalah firman Allah yang artinya : “Aliif  laam raa, (inilah) suatau kitab yang ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.” (QS. Hud ; 1)
Menurut ayat tersebut, ayat-ayat Al-Qur’an dibuat sempurna dan kemudian dinagi-bagi. Jelasnya, demikian kaum mu’tazilah, Al-Qur’an sendiri mengakui bahwa Al-Qur’an tersusun dari bagian-bagian dan yang tersusun tidak bisa bersifat kekal dalam arti Qadim.

2.  Al - Asy’ariyah
Menurut kaum Asy’ari sabda adalah sifat dan sebagai sifat Tuhan mestilah kekal. Sabda bagi mereka adalah arti atau makna abstrak. Sabda bukanlah yang tersusun dari huruf dan dikeluarkan dengan suara. Sabda yang tersusun disebut sabda hanya dalam arti kiasan. Sabda yang sebenarnya adalah apa yang terletak dibalik yang tersusun itu. Sabda yang tersusun dari huruf dan kata-kata bukanlah sabda Tuhan. Sabda dalam arti abstrak inilah yang dapat bersifat kekal dan dapat menjadi sifat Tuhan. Dan yang dimaksud Al-Qur’an bukanlah apa yang tersusun dari huruf-huruf , kata-kata, dan surat-surat tetapi arti atau makna abstrak tersebut. Dalam arti inilah Al-Qur’an yang merupakan Kalamullah dan bersifat kekal. Dalam arti huruf, kata, ayat, dan surat yang tertulis atau dibaca, Al-Qur’an adalah baru serta diciptakan dan bukanlah Kalamullah.
Dalil yang menguatkan pendapat Aliran Asy’ariyah adalah firman Allah yang artinya : “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Keudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari buni, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).” (QS. Ar Rum ; 25).
       Dalam ayat ini disebut bahwa langit dan bumi terjadi dengan perintah Allah. Peritah mempunyai wujud dalam bentuk firman Allah. Dengan demikian perintah Allah adalah firman Allah. Untuk mmbuktikan bahwa perintah Allah adalah kekal.
Dalil lain yang menguatkan pendapat mereka adalah firman Allah yang artinya : “Ingatlah, menciptak dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al A’raf : 54).
       Dalam ayat ini perintah dan ciptaan di pisahkan dan mengandung arti perintah bukanlah ciptaan. Dengan kata lain perintah atau firman Allah bukanlah dijadikan tetapi bersifat kekal.
.
3.  Al - Maturidiyah
Aliran Maturidiyah sependapat dengan aliran Asy’ariyah bahwa sabda Tuhan atau Al- Qur’an adalah kekal. Al-Qur’an menurut pendapat mereka adalah seifat kekal dari Tuhan, satu tidak terbagi, tidak berbahasa Arab, tidak pula berbahasa Syiria, tetapi diucapkan manusia dalam ekspresi berlainan.
Aliran ini membedakan kalam (sabda) yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau makna abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baru (hadist).
Al-Qur’an dalam arti kalam tersusun dari huruf dan kata-kata adalah baru (hadist). Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya dan bagaimana Allah bersifat dengannya tidak dapat diketahui kecuali dengan satu perantara.

4. Ahlus – Sunnah – wal – Jama’ah
Menurut aliran ini Al-Qur’an merupakan Kalamullah, Kitabullah dan wahyu-Nya. Yang dimaksud Al-Qur’an disini adalah kalam dan wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah melalui malikat Jibril.
Al-Qur’an bukan merupakan sifat kalam yang qadim (yang berdiri sendiri pada dzatnya). Kalam adalah qadim ketika ia berbicara dengan kehendak dan kekuasaan-Nya. Namun, ketika dikatakan bahwa Allah memanggil dan berbicara dengan suara maka tidak berarti suara itu qadim.
Menurut kaum salaf, sifat kalam itu qadim, dan kalam Allah yang digunakan untuk berbicara dengan makhluk-Nya, seperti Al-Qur’an, Taurat, Zabur, dan Injil adalah bukan makhluk tetapi bukan pula qadim.
        



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan

Perbedaan pendapat yang terjadi antara beberapa aliran teologi Islam pada dasarnya dipengaruhi oleh metode pendekatan mereka dalam memahami persoalan kalam. Semua aliran-aliran tersebut pada dasarnya menjadikan akal dan wahyu sebagai sumber dalam memperoleh pengetahuan dan keyakinan. Namun pada penerapannya, porsi yang diberikan kepada akal dan nash (wahyu) oleh aliran-aliran tersebut berbeda-beda, sehingga menimbulkan perbedaan dalam hasil yang dicapainya.
Terdapat beberapa aliran yang menempatkn akal sebagai sumber dari segala pengetahuan dengan porsi superior. Pemikiran mereka cenderung bersifat rasionalistis sehingga terkadang pemikiran tersebut jauh menyimpang dari nash (wahyu).
Ada pula aliran yang terlalu menempatkan wahyu sebagai sumber dari segala-galanya dan menganggap bahwa akal manusia tidak mampu untuk memperoleh pengetahuan. Pemikiran mereka cenderung terpahu kepada nash-nash (wahyu) dan tidak mau menerima sesuatupun yang berasal dari rasio.




DAFTAR PUSTAKA

K.H. Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah Wal-jama’ah,Pustaka Tarbiyah, Jakarta, 2006. Hal 35, 65, 82, 210.

Nok Aenul Lathifah, Kholosoh, Paham Ilmu Kalam, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo, 2013. Hal 84, 85.

Rabu, 05 Februari 2014

5 dosa kecil menjadi 5 DOSA BESAR

Dosa kecil sebenarnya baisa diampuni Allah dengan mudah melalui istighfar dan ibadah mahdhah seperti sholat lima waktu dan puasa Ramadhan. Dosa kecil juga tidak mendapat ancaman khusus dan laknat Allah seperti halnya dosa besar. Namun, dosa kecil ternyata bisa berubah menjadi dosa besar, jika terpenuhi salah satu dari 5 hal berikut ini.

1. Meremehkan dosa dan menganggapnya biasa saja

Ada orang-orang yang ketika melakukan dosa kecil ia menganggapnya sebagai hal yang biasa, terhapus dengan sendirinya atau tidak mepedulikannya. Rasulullah SAW bersabda,"Takutlah kalian dari tindakan meremehkan dosa." (HR.Ahmad, disahihkan Al Albani)."Dosa kecil bisa menjadi besar jika seorang hamba menganggapnya kecil dan meremehkannya." (Fatwa Imam Auza'i).



2. Dikerjakan berulang-ulang (terus-menerus)
Sesuatau yang kecil, jika terus ditumpuk dan dikumpulkan, maka akan menjadi membesar. Sebuah peribahasa mengatakan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Demikian pula dengan dosa kecil. Jika ia terus diulang, ia pun menjadi semakin besar. "Bukanlah dosa kecil jika dikerjakan terus menerus bukanlah dosa besar jika diiringi taubat." (Ibnu Abbas).

Umummnya, pengulangan atau pembiasaan dosa itu berawal dari sikap meremehkan dosa. Lanjutan hadits pada poin 1 diatas menegasan membesarnya dosa yang terus menerus dikerjakan : "Sesungguhnya perumpamaan orang yang meremehkan dosa bagaikan sekelompok orang yang singgah di sebuah lembah. Ia datang membawa kayu dan terus menerus membawa kayu hingga (kayu itu menumpuk) mereka dapat memasak makanan mereka." (HR.Ahmad, disahihkan Al Albani).

3. Menyukai perbuatan dosa tersebut

Yaitu orang yang ketika dan setelah melakukan dosa timbul kepuasan dan kesenangan dalam jiwanya. Imam Ghazali dalam kitab Ihya' berkata : "Termasuk dosa besar adalah merasa senang, gembira dan bangga dengan dosa."




4. Memamerkan dan mendemonstrasikan dosa tersebut

Dewas ini, jumlah orang yang melakukan hal keempat ini cenderung makin banyak. Bahkan bukan hanya dosa kecil, untuk dosa besar pun sebagian orang melakukannya secara terbuka sekaligus memaerkan dan mendemonstrasikannya. Selain menunjukkan peremehan terhadap dosa, poin keempat ini juga memicu orang lain melakukan dosa yang ama akibat contoh yang ia lakukan dan dengan demikian dosanya menjadi berlipat-lipat.


Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa menyeru/mendakwahkan kesesatan, maka ia mendapatkandosa seperti dosa orang yang megikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun."

5. Jika yang mengerjakannya adalah tokoh ata panutan

"Orang yang berbuat dosa, sedangkan ia adalah seorang alim yang mejadi panutan," tauli Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin, "jika ia paham dan tahu akan dosanya  tetapi malah menerjang dosa tersebut, maka dosa kecil itu berubah menjadi dosa besar."

Selain faktor peluang diikuti oleh umat/pegikutnya, dosa kecil yang dilakukan oleh seorang tokoh/ulama juga berpotensi membawa opini dan citra negatif terhadap Islam.



Demikian 5 sebab dosa kecil berubah menjadi besar, semoga Allah SWT menjauhkan kita dari hal tersebut!
Amiiin!













Sabtu, 01 Februari 2014

SENAM NIFAS




Penulis: Salamah Ummu Hamnah AMKeb.
Sakinah, Info Praktis, 29 - Juni - 2003, 15:00:55


Umumnya, para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan. Sang ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke bentuk semula). 

Salah satu aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan para ibu setelah persalinan adalah senam nifas. Senam ini dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanannya, harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu. 

Tujuan senam nifas ini di antaranya memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen/ perut setelah hamil, memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul. 

Program senam nifas dimulai dari tahap yang paling sederhana hingga yang sulit. Dimulai dengan mengulang tiap 5 gerakan. Setiap hari ditingkatkan sampai 10 kali. Adapun gerakan-gerakannya sebagai berikut: 

Hari pertama, ambil nafas dalam-dalam, perut dikembungkan, kemudian napas dikeluarkan melalui mulut. Ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang. 

Hari kedua, tidur terlentang, kaki lurus, tangan direntangkan kemudian ditepukkan ke muka badan dengan sikap tangan lurus, dan kembali ke samping. 

Hari ketiga, berbaring dengan posisi tangan di samping badan, angkat lutut dan pantat kemudian diturunkan kembali. 

Hari keempat, tidur terlentang, lutut ditekuk, kepala diangkat sambil mengangkat pantat. 

Hari kelima, tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. 

Hari keenam, tidur terlentang, kaki lurus, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90o secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. 

Hari ketujuh, tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil diputar ke arah luar secara bergantian. 

Hari 8, 9, 10, tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di tengkuk kemudian bangun untuk duduk (sit up). 

Untuk dicatat, pekerjaan rumah yang ringan dikerjakan setelah minggu III dan yang agak berat setelah minggu IV. 

Selamat mencoba!